Respito - "Angels Cry" official video clip

Senin, 11 Januari 2010

Pemahaman Dasar Musik Keroncong

keroncong?

Mengenai istilah ‘keroncong’ itu sendiri beberapa musikolog mempunyai pendapat yang berbeda mengenai asal-usul istilah keroncong. Penulis dan beberapa peneliti sepaham bahwa kata keroncong berasal dari bunyi instrumen ukulele yang dimainkan secara rasguardo, atau di’slah’ yang menghasilkan bunyi ‘crong’, kemudian kata tersebut berkembang menjadi keroncong.

Apakah yang dimaksud dengan orkes keroncong?

Istilah ini terdiri dari dua kata orkes dan keroncong. Arti kata orkes pada konteks ini adalah sebuah kelompok musik. Maka orkes keroncong berarti sebuah kelompok musik keroncong, seperti misalnya: Orkes Keroncong Bintang Jakarta (pimp. Alm. Budiman BJ), Orkes Bintang Surakarta (pimp. Waldjinah) atau Orkes Keroncong SMP Santa Maria Surabaya (pimp. Sr. Windhy). Pengertian istilah ‘orkes keroncong’ yang lebih spesifik adalah sebuah group musik yang mempunyai beberapa spesifikasi, yaitu: gaya pembawaan (vocal, biola, flute), instrumentasi, pola irama dari rhytem section/seksi ritme (cak,cuk, cello, gitar, bass), format jenis lagu yaitu keroncong asli, langgam keroncong, stambul dan lagu ekstra.

Gaya pembawaan adalah merupakan roh atau jiwa pada musik keroncong. Lantas bagaimanakah gaya pembawaan pada vokal, biola dan flute?
Pada vokal ada beberapa pakem pembawaan dalam menyanyikan sebuah lagu keroncong, khususnya ‘keroncong asli’ yaitu: nggandul, cengkok, gregel dan luk. Maka jika seseorang menyanyikan sebuah lagu keroncong tanpa ciri-ciri tersebut sering dikatakan tidak ‘ngroncongi’, tidak ada roh keroncongnya.

Nggandul adalah menyanyi dengan ketukan lebih lambat dari ketukan dasarnya atau ketukan yang tertulis dinotasi.
Cengkok, merupakan rangkaian nada hiasan yang dinyanyikan sebelum nada pokok (dalam musik diatonis barat semacam mordent). Teknik cengkok adakalanya digunakan juga pada jenis lagu langgam.
Luk atau portamento, adalah cara menyanyi yang dimulai dengan beberapa hetz (ukuran tinggi rendah suara) dibawah nada pokok, secara teratur menuju ke nada pokok.

Untuk instrument biola pada dasarnya memainkan intro (dalam lagu keroncong asli disebut ‘voorspel’), senggaan (4 birama melodi lagu, dari delapan birama terakhir, ini khusus untuk lagu keroncong asli), dan filers atau isian-isian yang bersifat improvisasi. Gaya permainan biola pada dasarnya sama dengan gaya pembawaan pada vokal yaitu: nggandul, cengkok, gregel dan portamento.

Instrument flute sedikit berbeda dengan instrument biola. Perbedaan yang paling esensi adalah, bahwa flute tidak bisa bermain dengan teknik portamento, karena secara organologi jarak nada ‘kromatis’ dibedakan dengan system ‘klep’, dengan katup-katup yang membuat perbedaan nada dengan jarak setengah. Sedangkan instrument biola, perbedaan nada berdasarkan jari yang memijat snar diatas papan yang tidak ada penyekat nadanya (fret) speerti instrument gitar. Untuk pembawaan nggandul, cengkok, dan gregel pada prinsipnya sama. Ciri permainan instrument flute dalam musik keroncong yang cukup spesifik adalah pada tempat-tempat tertentu perpindahan dari satu nada ke nada berikutnya (biasanya diakhir frase) dimainkan dengan teknik kromatis. Misalnya dari nada ‘la’ turun menuju nada ‘mi’ tidak langsung, tetapi melewati nada-nada kromatisnya: la-sel-sol-fi-fa-mi.


Dengan perkembangan sejarahnya yang cukup panjang, akhirnya keroncong mempunyai susunan instrument musik seperti saat ini. Susunan tersebut adalah ketujuh instrument terdiri dari : biola, flute, cak, cuk, cello, gitar dan bas serta vokal. Susunan demikian dalam masyarakat keroncong dikenal dengan istilah ‘susunan keroncong asli’. Ketujuh instrument tersebut adalah instrument akustik, namun tampaknya saat ini pun penggunaan instrument yang digunakan sudah sangat bervariasi namun fenomena yang ada bahwa mayoritas group-group keroncong yang ada berdiri dengan susunan ‘asli’ dan sampai sekarang susunan tersebut tetap diminati seolah-olah menjadi suatu format yang ‘pakem’.

for more info, just click:

http://www.tjroeng.com

Sumber tulisan :
Singgih Sanjaya,”Keroncong Masuk Kurikulum Sekolah, SMP Santa Maria Surabaya, 07 februari 2009” , sebuah makalah seminar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar